Kamis, September 03, 2009

HaPpY bIrThDay Raissa....

Waktu terasa begitu cepatnya berlalu....Tak terasa sudah 1 tahun lamanya adek mewarnai kehidupan ayah dan bunda dan membuatnya menjadi lebih indah dan bermakna...Padahal rasanya baru kemarin bunda berjuang antara hidup dan mati untuk membuatmu hadir dalam kehidupan kami. Rasanya baru kemarin Raissa kecilku belajar mengenali keluarga tercintanya,rasanya baru kemarin kami semua mendengar dan celotehmu untuk pertama kalinya. Ternyata Raissa kecil kami sekarang telah tumbuh besar...Dan telah siap menjadi anak yang pandai,pintar,sehat dan menjadi anak yang sholeha yang selalu menjadi kebanggaan orang tuanya...
Selamat Ulang Tahun Raissa Sayank...Ribuan do'a dan pengharapan tak henti-hentinya ayah dan bunda panjatkan kepada Allah SWT hanya untuk dirimu sayank....
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi setiap langkahmu dan selalu memberikan berkahnya untukmu sayank...
We always love you Raissa...

Senin, Juli 27, 2009

My First Five Steps

Weekend kmrn menjadi weekend yang indah buat ayah ama bunda...
Sabtu bunda dapat laporan dari ibu klo si adek udah bisa jalan sendiri walau baru 3 langkah,seneng banget dengernya meski bukan bunda sendiri yang melihat first step nya adek.
Nyampek rumah SA ternyata adek langsung bo2,jadi gagal dech acara mo ngeliat adek jalan . Minggu pagi juga udah ribet dengan acara nyuapin adek ama beres-beres rumah sebelum ditinggal ke acara kondangan temennya bunda. Bunda sampek gregeten blm bs tahu gmn klo adek jalan...
Baru dech jam 3 setelah adek maem sore bunda baru bisa liat adek jalan...Miracle...seneng banget liat adek udah bisa jalan....
Biarpun ayah ama bunda di bela-belain jadi kayak badut pke topi buat mancing adek biar mau jalan ke arah bunda ato ke ayah..Pertama 3 langkah selanjutnya 5 langkah udah terlewati..Siiippberarti si adek siap di ajak nge-moll ama bunda he..he...
Ayo adek..semangat lagi ya belajar jalannya...

Sabtu, Juli 25, 2009

Pagi yang menghebohkan

Tadi pagi tu si adek udah bikin ayah ama bundanya was2 dan juga ketawa....Gimana gak was2 pas ditinggal bunda nya mandi *waktu itu si adek ama ayah di dapur,si ayah lagi masukin hasil cucian pagi td ke penggering* tiba2 si adek nangis gak diem2. sampai bunda selesai mandi nangisnya jg masih belom diem2 jga...Si ayah ditanyain bunda nya knp nangis *bunda pikir kan abs kejedot ato jatuh gtu* si ayah cm jawab nggak tau aja...Pas acara mandi nangis jg gak berhenti2,bunda liatin badannya adek mungkin ada yang luka ato apa jg gak ada..Gimana gak was2 en tambah senewen mana si ayah ditanyain cm gak tau aja jawabnya..Bunda tambah bingung pas adik sampai muntah gara2 nangis...
Tapi.....
Tangis adek tiba2 langsung berhenti pas ayah ngeluarin guling boneka adek dari mesin penggering,bukan hanya diem nangisnya tp jg lgsg ketawa-ketiwi lg.
Glodak....Alamak...Ya ampun...Jadi si adek nangis tu mungkin gara2 ngeliat pas ayah masukin gulingnya ke dalam penggering,mungkin di pikirnya si adek gulingnya diapain gtu ya???
Pas tu guling mo di jemur si adek malah ngelanjotin gulingnya sambil ketawa-ketawa...
Duch....si adek udah bikin bunda jantungan aja..tapi lucu juga sih he..he..

Kamis, Juli 23, 2009

Pentingnya Stimulasi untuk Pertumbuhan Anak

UNTUK membuat buah hati Anda anak yang cerdas dan sehat, butuh perawatan yang berkualitas. Selain nutrisi terbaik, anak juga perlu mendapat stimulasi sejak dini.

Melihat si kecil tumbuh sehat, kuat, dan cerdas tentu menjadi dambaan setiap orangtua. Semua itu bisa didapatkan dengan memberikan yang terbaik sejak dini. Sebaiknya para orangtua sudah melakukan berbagai upaya dan investasi dilakukan sejak awal kehamilan demi kelancaran tumbuh kembang si kecil nantinya.

Tidak dapat dimungkiri bahwa orangtua, khususnya ibu, memegang peranan paling dasar dan penting dalam perkembangan setiap anak. Nutrisi terbaik sudah tentu menjadi hal paling mendasar bagi si kecil. Lainnya, anak perlu diberikan stimulasi yang tepat untuk berkembang sesuai dengan keinginan orangtua.

Psikolog anak, Dr Rose Mini AP Mpsi, mengatakan bahwa IQ seorang anak dipengaruhi dua faktor, yaitu nature (genetik) dan nurture (stimulasi) seperti bermain, musik, bahasa, dan lainnya.

"Bahkan umur 1-3 tahun, anak dapat menyerap 13 juta kata, asalkan si anak mendapatkan rangsangan dan stimulasi," ujar Rose Mini yang akrab disapa Mbak Romi atau bunda Romi, saat menghadiri acara Enfa A+ Smart Adventure, yang diadakan Enfagrow A+ dan Enfakid A+ dari Mead Johnson di Mal Taman Anggrek, beberapa waktu lalu.

Stimulasi sejak dini terhadap seluruh pancaindra akan membuat anak kaya pengalaman sensorik, seperti mendengar, melihat, meraba, menghirup, dan mengecap, yang akan menjadi bekal bagi perkembangan sel-sel otak. Semakin banyak dan seringnya stimulasi yang didapatkan anak, akan bertambah besar pula manfaatnya untuk tumbuh kembang kecerdasan anak.

"Memberi stimulasi dapat dilakukan sembari bermain, di mana anak akan belajar hal baru, mengembangkan daya khayal, sekaligus juga otak dan kekuatan fisik anak dapat berkembang," tutur Rose Mini.

Sekitar 80 persen otak anak berkembang sejak masa kandungan hingga umur tiga tahun. Untuk itulah, pemberian anak stimulasi sejak dini adalah hal yang sebaiknya dilakukan orangtua. Cara menstimulasi itu pun berbeda-beda penerapannya. Perlu diingat bahwa setiap anak memiliki keunikan masing-masing, yang berbeda satu sama lainnya. Dengan demikian, tingkat kecerdasan anak pun tidak dapat dibandingkan antara satu anak dan anak yang lain.

Perkembangan otak juga dapat ditingkatkan dengan komponen stimulasi, yakni memperdengarkan musik-musik, misalnya musik klasik yang dicapai melalui ritme, melodi, dan harmonisasi. Sebuah penelitian membuktikan musik mampu meningkatkan daya khayal, kemampuan belajar, konsentrasi, dan kecerdasan anak.

Penelitian yang dilakukan Gordon Shaw, juga menyebutkan bahwa musik klasik dapat memperkaya kemampuan otak, atau kemampuan memahami konstruksi objek dua dan tiga dimensi. Kemampuan ini sangat penting bagi penguasaan ilmu matematika dan sains.

Orangtua yang sudah melihat ketertarikan anak saat mereka masih kecil pada musik, bisa dikembangkan ketertarikannya itu menjadi sebuah hobi.

"Musik ternyata berpengaruh positif dalam perkembangan kecerdasan otak anak. Ibu berperan penting dalam memberikan stimulasi musik kepada si kecil," jelas salah satu musisi yang juga hadir di acara yang sama, Addie MS.

Addie menjelaskan, bermain musik misalnya,merupakan stimulasi yang sangat sederhana dan bisa dilakukan setiap hari di rumah, seperti menyanyi bersama anak agar anak mengenal nada dan berlatih berekspresi melalui lagu, membiarkan anak memainkan berbagai alat rumah tangga untuk menciptakan nada dan irama seperti mengetuk-ngetukkan panci, meja ataupun bekas galon air mineral.

"Walaupun kelihatan sepele, itu juga bisa jadi sebuah stimulus untuk anak," tandasnya.

Dalam menstimulasi anak pun, jangan pernah lupa akan asupan nutrisinya. Dikatakan ahli nutrisi dari Semanggi Klinik, Dr Fiastuti Witjaksono SpG(K), bahwa dalam tahapan tumbuh-kembang, anak memerlukan berbagai nutrisi untuk perkembangan yang optimal, di antaranya karbohidrat, protein hewani dan nabati, lemak, vitamin yang berguna untuk perkembangan kecerdasan anak seperti DHA, Kolin, dan Prebiotik (FOS & GOS) serta Mikronutrien.

"Dalam hal ini, ibu memiliki peran yang sangat besar dalam memberikan nutrisi yang tepat untuk si kecil, untuk itu para ibu diharapkan bisa pandai mengatur asupan nutrisi untuk si kecil, termasuk dalam hal menstimulasi anak," pesannya. (Koran SI/Koran SI/nsa)

Dikutip dri :http://lifestyle.okezone.com/read/2009/07/22/196/240875/pentingnya-stimulasi-untuk-pertumbuhan-anak

Kamis, Juli 16, 2009

Oops..! Bagaimana Bila Si Kecil Melihat Ayah-Bundanya Bermesraan

Secara tidak sengaja Batita dan Balita melihat aktivitas seks orang tuanya...?
Aduh... membayangkannya saja terasa menakutkan sekali. Tapi hal itu bisa saja terjadi lho, Bun. Terutama jika si kecil masih tidur bersama dalam satu kamar.

Fitria Prabandari, M.Psi dari High/Scope Rasuna & Phoenix Kids Menteng membagi tips bagaimana menyikapinya dengan tepat :

  1. Bersikap tenang
    Pada saat si kecil membuka pintu atau ia terbangun di kamar saat Ayah dan Bunda sedang asik berhubungan intim, tidak bisa dipungkiri Bunda pasti terkejut. Tapi berusahalah untuk tetap tenang karena kalau tidak justru si anak yang akan shock.
  2. Segera Menutupi Tubuh
    Ambil selimut atau apa pun yang bisa dipakai untuk menutupi tubuh, sehingga si kecil tidak sempat melihat lebih detail hal yang belum patut dilihatnya.
  3. Mintalah ia untuk segera meninggalkan kamar
    Bunda dapat mengatakan, “kamu keluar dulu ya sayang, nanti Mama segera menyusul.”
Itulah tiga hal yang paling penting dilakukan saat si kecil ‘memergoki’ kita saat sedang melakukan hubungan intim. Setelah itu tentu saja harus ada tindakan lainnya.

Jelaskan padanya bahwa itu hanyalah hal biasa, dan ciptakan suasana normal kembali. Biasanya Batita belum akan banyak bertanya, dia akan lupa dengan sendirinya. Tetapi untuk anak usia 4-5 tahun mungkin akan bertanya, selain itu Bunda juga bisa menangkap kegelisahan dari raut wajahnya. “Berikan penjelasan sesuai usianya, katakan Bunda hanya bermain bersama Ayah.” papar Fitria.

Atau, kita bisa memanfaatkan saat tersebut untuk mengajarkan etika pada si kecil. Katakan padanya, bila ia mau masuk kamar sebaiknya mengetuk pintu terlebih dahulu. Tanyakan langsung apa keperluannya mengetuk pintu sehingga topik pembicaraan tidak lagi mengarah pada apa yang baru saja dilihatnya.

Tapi hati-hati, jangan sampai menimbulkan kesan bahwa Bunda menyalahkannya.

Tips :
  • Pastikan pintu terkunci sebelum mulai berhubungan
  • Kalau si kecil tidur dalam satu kamar, Bunda bisa menitipkannya di kamar lain dulu, kamar kakek nenek misalnya

Dikutip dari : http://www.infobunda.com/pages/articles/artikelshow.php?id=186

Bubur Havermut Komplet

Ini adalah hidangan yang pasti disuka si 9 - 12 bulan. Selain gurih dan mudah dikunyah, Anda bisa menyajikannya secara kreatif dengan sayur-mayur warna-warni yang menggugah mata dan selera bayi.
Bahan:
400 ml air
100 gram wortel
40 gram havermut
50 gram daging sapi cincang
1 sendok takar susu formula bubuk
25 gram keju cheddar parut
Cara membuat:
1. Didihkan air, lalu masukkan wortel, rebus 5 menit. Angkat, tiriskan, cincang. Sisihkan air perebus/kaldu sayuran, jangan dibuang.
2. Masukkan havermut ke dalam kaldu sayuran, rebus sambil aduk rata. Masukkan daging cincang. Masak sambil diaduk sampai mendidih dan mengentak.
3. Masukkan wortel. Masak sebentar sampai semua bahan matang. Angkat. Tambahkan susu. Aduk rata. Sajikan dengan taburan keju parut.

Untuk: 2 porsi
1 porsi: 137 kalori

Dikutip dari : http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Bayi/Resep/bayi.bubur.havermut.komplet/001/008/73/2

Jadwal Imunisasi

Agar buah hati Anda memiliki pertahanan tubuh yang kuat dan mampu melawan infeksi, pastikan ia mendapat imunisasi secara lengkap.

Tujuan imunisasi adalah mempertinggi daya tahan tubuh agar anak Anda tidak terkena penyakit infeksi. Meskipun penyakitnya sudah tidak ada, imunisasi tetap diperlukan untuk berjaga-jaga kalau penyakit tersebut muncul kembali.

Sebagian besar imunisasi diberikan ketika anak berumur 4 bulan. Anda akan mendapat kartu yang berisi jadwal imunisasi dan kapan seharusnya imunisasi diberikan. Jangan lupa mencatat tanggal dan jenis vaksinasi yang telah diberikan untuk membantu dokter menentukan apakah anak Anda perlu mendapat vaksinasi tertentu.

Umumnya dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan keluarga untuk menentukan apakah anak Anda perlu mendapatkan vaksinasi jenis tertentu. Misalnya, bila di keluarga Anda ada yang menderita TBC, anak Anda harus mendapat suntikan BCG pada sekitar usia 1 tahun.

Tabel berikut adalah jenis imunisasi yang dianjurkan pada masa kanak-kanak serta tabel penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada anak-anak.

Penyakit

Waktu

Reaksi

Perlindungan

Imunisasi DPT, difteri, batuk rejan (partusis), tetanus

Suntikan pada umur 2, 4, 6, 18 bulan. Dan diulang pada 4-5 tahun

Anak bisa demam, tempat suntikan terasa sakit.

Tetanus harus diulang setiap 5 tahun supaya terhindar dari tetanus

Polio

Vaksin diminum pada usia 0, 2, 3, 4, 6, 18 bulan dan ulangi pada umur 5 tahun

Tidak ada

Harus diulang agar selalu terlindung

Campak

Suntikan pada usia 9 bulan dan diulang pada usia 6 tahun

Demam dan timbul bercak-bercak

Tidak diketahui berapa lama sejak vaksinasi terakhir

Tuberkolosa (BCG)

Suntikan pada usia 0-3 bulan dan diulang pada usia 10-13 tahun, kalau dianggap perlu.

Sakit dan kaku di tempat suntikan

Seumur hidup

Rubella

Suntikan untuk anak perempuan usia 10-14 tahun

Mungkin nyeri sendi

Tidak diketahui berapa lama sejak vaksinasi terakhir

Keterangan jadwal imunisasi berdasarkan usia pemberian, sesuai IDAI, periode 2004.

Umur

Vaksin

Keterangan

Saaat lahir

Hepatitis B-1

HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan

Polio-0

Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS, polio diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin terhadap bayi lain)

1 bulan

Hepatitis B-2

Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan

0-2 bulan

BCG

BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada >3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila hasilnya negatif.

2 bulan

DTP-1
Hib-1
Polio-1

Diberikan pada umur lebih dari 6 minggu
Diberikan mulai umur 2 bulan
Dapat diberikan bersama DTP-1

4 bulan

DTP-2
Hib-2
Polio-2

Diberikan secara terpisah
Hib-2 dapat dikombinasikan dengan Hib-2
Diberikan bersama dengan DPT-2

6 bulan

DTP 3
Hib-3
Polio 3

Dapat dikombinasikan dengan Hib-3

Diberikan bersama DTP-3

9 bulan

Campak-1

Campak 1 diberikan pada umur 9 bulan, apabila telah mendapat MMR pada usia 15 bulan, Campak 2 tidak perlu diberikan.

15 -18 bulan

MMR

Hib-4

Apabila sampai usia 12 bulan belum mendapat imunisasi cacar

18 bulan

DTP-4
Polio-4

Diberikan satu tahun setelah DTP-3
Diberikan bersamaan dengan DTP-4

2 tahun

Hepatitis A

Direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan 2 kali dengan interval 6-12 bulan

2-3 tahun

Tifoid

Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >2 tahun, perlu diulang setiap 3 tahun.

5 tahun

DTP-5
Polio-5

Diberikan pada umur 5 tahun
Diberikan bersama DTP-5

6 tahun

MMR

Diberikan untuk catch up immunization pada anak yang belum mendapat MMR-1

10 tahun

dT/TT

Varisela

Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 diberikan untuk imunitas selama 25 tahun.

Diberikan pada umur 10 tahun

Fase Bayi

Si kecil tumbuh begitu cepat. Untuk memantau perkembangannya, Anda perlu mengetahui tahapan kecerdasan yang harus dicapai bayi tiap bulannya.

Perkembangan kecerdasan bayi mencakup kemampuan perseptual, motorik, kognitif dan keterampilan sosial. Bila tahapan perkembangannya ada yang tidak tercapai, berarti perlu ada yang harus diwaspadai. Inilah standar yang sudah dibakukan berdasarkan penelitian statistik terhadap mayoritas bayi normal. Bila terdapat keterlambatan perkembangan yang tidak terlalu ekstrem, Anda tidak perlu cemas, karena perkembangan setiap bayi memang berbeda-beda. Namun, jika bunda merasa perkembangan buah hati terlalu lambat, saatnya berkonsultasi dengan dokter anak yang menangani tumbuh-kembang balita.

Umur bayi

Tahapan perkembangan

Hal yang disukai bayi

Waspada bila

0-1 bulan

Menunjukkan perilaku pemicu kasih sayang, menangis, meringkuk, mendekut, Mengangkat kepala, Tangan terkepal erat, Menangis, mendengkur, tersenyum, menangis di saat tidur, penglihatan masih buram , Tidur, bangun, makan, secara tidak menentu, Tingkah lakunya lebih sering dilakukan secara refleks

Sentuhan kulit dengan kulit, digendong dengan tangan atau gendongan, makan tanpa dijadwal, mengadakan kontak mata, dan mendengar suara bunda

2 bulan

Terhubung secara visual dengan bunda
Lengan dan kaki relaks, kepala diangkat setinggi 45 derajat, kepala masih terhuyung bila digendong dalam keadaan duduk
Sebagian jari mulai membuka, mulai dapat menggenggam giring-giring
Ia bisa menjerit, membuat suara seperti sedang minum, dada berbunyi
Tersenyum dengan responsif, bisa membaca suasana hati orangtua, sibuk dengan ibu jarinya, mengadakan kontak mata, memerhatikan orang yang bergerak, menangis bila diturunkan dari gendongan
Mulai senang berkomunikasi, protes bila kebutuhannya tidak terpenuhi, memberi isyarat.
Membuat asosiasi bahwa tangisan berarti digendong atau disusui

Digendong dalam kain gendongan, melihat ke arah yang bergerak, suka musik klasik, berbaring di dada ayah

3 bulan

Memainkan tangan
Lengan dan kaki digerakkan secara sempurna, dapat membuat gerakan bebas dan memutar
Kepala diangkat lebih tinggi dari punggung, kepala bisa diangkat tegak saat digendong
Berguling
Sudah bisa menggoyangkan giring-giring, bisa mengisap ibu jari
Membuat suara lebih keras, mulai tertawa
Bisa menyebabkan orang bereaksi dengan senyum, tangisan, dan bahasa tubuh

Bersandar di dada bunda, bermain dengan tangannya sendiri, menunjuk ke sesuatu yang bergerak

4 bulan

Bisa mengamati dengan akurat, sudah bisa mengangkat lengan ketika ingin digendong, tertawa geli bila digelitik
Bisa memeluk dengan dua tangan, menggenggam, memegang dada bunda
Mengangkat dada dan perut atas saat tengkurap
Tahu bahwa orang dan benda memiliki nama (contohnya kucing)

Menyapa si pengasuh dan mengajaknya bermain, memainkan jemari, bermain dengan mainan bayi, menggelindingkan bola, posisi menghadap ke depan bila digendong

5 bulan

Meraih sesuatu dengan satu tangan
Berguling ke belakang, bisa melakukan posisi push-up, bisa mengjangkau jari kaki, mainan dapat dipindahkan dari tangan yang satu ke tangan lainnya dan ke mulut
Menengok ke arah orang yang berbicara, berusaha meniru suara-suara, tertarik pada warna, menggunakan tangan untuk mendorong bila ia sedang tidak mau diganggu

Mendorong dengan menggunakan kaki, memencet hidung bunda, menarik rambut, meraba dan menyembunyikan mainannya, duduk di kursi bayi dan bermain di pangkuan, bermain cilukba

6 bulan

Duduk sendiri, berguling-guling, berdiri dengan berpegangan
Menunjuk mainan, sudah bisa menjumput
Senang akan suaranya: berteriak, tertawa, menggeram, serta meniru sikap wajah dengan lebih baik
Lebih lama bermain

Bermain dengan balok-balok, membanting mainan, diayun-ayun, bila digendong posisinya berubah menjadi di pinggang

6-9 bulan

Merangkak, duduk tegak, mendorong badan ke atas sampai berdiri, menjumput denganibu jari dan telunjuk, makan sendiri (berantakan), menjatuhkan mainan
Terus merespon bila namanya disebut

Bergoyang seirama musik, bermain cilukba, memainkan makanan, permainan yang menggunakan kata-kata dan irama, menggelindingkan bola, tertarik pada objek kecil

9-12 bulan

Sering merangkak, dari duduk bisa menjadi merangkak sendiri, berkeliling di sekitar perabotan, berdiri tanpa berpegangan, langkah pertama masih kaku, belum tegap
Menggenggam erat, menunjuk dan mencongkel dengan jari telunjuk, menumpuk dan menjatuhkan balok-balok, menunjukkan dominasi tangan
Mengatakan “mama” dan “dada”, mengerti kata ‘tidak’, mengerti sikap tubuh seperti melambaikan tangan
Menunjukkan ingatannya akan kejadian yang baru berlalu, ingat letak mainannya ketika tertutupi
Berhenti menangis ketika bertemu bunda, menunjukkan kegelisahan akibat perpisahan

Bermain dengan wadah-wadahan: mencampur, mengisi, menimbun. Merogoh isi kantong ayah, mengamati diri sendiri di depan cermin, membanting dan mencocokkan tutup dengan wadah, menumpuk dua atau tiga balok

  • Belum bisa merangkak
  • Belum bisa tengkurap
  • Tidak dapat mengambil barang yang berada di depannya
  • Belum bisa mengucapkan sepatah kata
  • Belum bisa menirukan gerakan tubuh, tidak bisa melambaikan tangan atau menggelengkan kepala
  • Belum bisa menunjuk barang atau gambar

12-15 bulan

Berjalan
Menggunakan peralatan seperti sikat gigi dan sisir, memegang botol, lebih gampang dipakaikan baju
Mengucapkan 4-6 kata yang dapat dimengerti, mengenali nama dan menunjuk ke orang yang ia kenal, tertawa saat melihat gambar lucu
Mulai mempelajari cara mencocokkan sesuatu

Mendorong dan menarik mainan ketika berjalan, melempar bola, permainan dengan menyentuh, mengosongkan laci dan mengmbil isinya, menjelajahi bahu ayah, berbicara pada mainan, meniru suara binatang

15-18 bulan

Mengerti bahasa sederhana, mengendarai mainan beroda empat, mencoba menendang bola walau sering meleset, membuka laci, menurut ketika dipakaikan baju, mengonsumsi makanan berkuah
Mengatakan 10-20 kata yang bisa dimengerti
Mengamati bermacam bentuk, mengenali gambar di buku
Berlari walau kadang-kadang terjatuh

Mendorong kereta mainan, mengetukkan palu karet mainan, melakukan permainan bagian-tubuh “mana Hidung”, menari seirama dengan musik, memutar dan menekan kenop, bermain cilukba dan berkejaran

  • Belum bisa berkata setidaknya 15 kata

18-24 bulan

Lancar berjalan dan berlari, bisa memanjat keluar dari ranjangnya, membuka pintu, menaiki tangga tanpa bantuan
Mengerti bahasa sehari-hari
Membuka bungkusan, mencuci tangan, duduk di kursi tanpa bantuan
Mengatakan 20-25 kata yang bisa dimengerti
Mencari tahu segala sesuatu sebelum melakukannya, menggambar lingkaran, membuat garis, mengerti dua perintah sekaligus

Menarik kereta mainan, membantu di dalam rumah, berjungkir balik, berdiri di atas pijakan, menggunakan rak, meja, dan kursinya sendiri untuk bermain, “membaca” buku bergambar sambil membalik-balik halaman

  • Belum bisa berjalan
  • Setelah bisa berjalan, berjalannya abnormal
  • Belum bisa merangkai kalimat dari dua kata
  • Belum tahu fungsi alat-alat yang sering dipakai di rumah seperti telepon, sendok, gelas.
  • Belum mampu menirukan gerakan tubuh atau kata
  • Belum bisa menggerakkan mainan beroda.

3 tahun

Berdiri dengan satu kaki

Senang bermain air

  • Masih sering terjatuh saat berjalan
  • Ucapannya tidak jelas
  • Belum bisa menyusun balok
  • Belum bisa berkomunikasi
  • Belum bisa bermain sebagai ayah/ibu
  • Belum bisa memahami perintah sederhana
  • Tidak tertarik pada anak lain
  • Susah berpisah dengan ibu.

4 tahun

Berlari, melompat, memanjat, naik sepeda roda tiga

Menanyakan sederet pertanyaan setiap hari

  • Belum bisa melempar bola
  • Belum bisa melompat
  • Belum bisa naik sepeda roda tiga
  • Masih menangis bila ditinggal pergi orang tuanya
  • Tidak suka permainan interaktif
  • Tidak acuh pada anak lain

5 tahun

Melompat dengan satu kaki, memanjat, bermain sepatu roda, bermain sepeda

Belajar berbahasa lebih baik, bahkan juga bahasa asing

  • Sangat penakut
  • Berprilaku agresif
  • Sulit berpisah dari orang tuanya
  • Tidak mampu berkonsentrasi lebih dari 5 menit
  • Tidak tertarik pada anak lain
  • Merespon orang di sekitarnya dengan datar.

FEEDING TODDLERS: 17 TIPS FOR PLEASING THE PICKY EATER

Buat mom,bunda,ibu dan siapapun yang sedang menghadapi anaknya yang susah makan *termasuk saya sih sebenarnya* rasanya tips ini bagus juga...

Saat anak kita menginjak usia batita, aktivitas makan kadang jadi hal yang
'menakutkan'. Kita mungkin akan menyajikan segala jenis makanan yang
komposisinya menurut kita sudah sehat dan terlihat menarik. Sayangnya,
sebagian besar menu seperti ini ternyata akan tersisa banyak di atas baki
'high chair' mereka atau berhamburan di lantai. Lebih buruk lagi, kita
sering merasa 'sakit hati' dengan sikap menolak mereka, sikap yang
seharusnya tidak perlu dilakukan.

Sebenarnya, apa yang sedang terjadi? Mengapa para batita ini menjadi 'picky
eaters'?

WHY TODDLERS ARE PICKY
Menjadi 'picky eater' adalah bagian dari fase hidup seorang batita. Studi
menunjukkan bahwa ada beberapa alasan yang berhubungan dengan perkembangan
si anak tentang mengapa mereka dengan rentang usia 1-3 tahun suka
mempermainkan makanan atau makan sedikit2 makanan mereka. Setelah melewati
masa 1 tahun dengan grafik pertumbuhan yang sangat cepat (umumnya anak usia
1 tahun memiliki BB 3x BB lahirnya), penambahan BB batita mulai melaju lebih
lambat. Itulah sebabnya, mereka butuh lebih sedikit makanan.

Kenyataan bahwa batita selalu aktif bergerak juga mempengaruhi pola makan
mereka. Mereka tidak akan mau duduk tenang dalam waktu lama untuk segala
jenis aktivitas, bahkan untuk aktivitas makan. Memenuhi kebutuhan mereka
dengan penganan kecil (snacks) sepanjang hari kelihatannya lebih cocok
dengan gaya hidup 'para pejelajah clik' ini, dibandingkan dengan meminta
mereka untuk duduk manis menghabiskan menu makanan lengkapnya.

LEARNING THIS HELPED US RELAX
Kini kita bisa menyadari bahwa tugas kita hanyalah menyediakan makanan yang
tepat untuk mereka, menyiapkannya dengan cara yang sehat dan bergizi (mis.
lebih memilih makanan yang diolah dengan cara dikukus daripada direbus,
dipanggang daripada digoreng), dan menyajikannya dengan cara yang kreatif.

Setelah itu .... terserah pada para batita ini. Sebanyak apa mereka makan,
kapan mereka makan, dan kalau mereka makan .... sebagian besar adalah
tanggung jawab mereka, kita belajar untuk tidak mengambil pujian juga
memikul kesalahan dalam hal ini.

TODDLERS LIKE TO BINGE ON ONE FOOD AT A TIME
Batita mungkin hanya makan buah-buahan hari ini, dan sayuran di lain hari.
Karena kebiasan makan yang 'tidak menentu' (yang memang normal sejalan
dengan 'mood' mereka), jangan heran jika anak Anda makan banyak di satu hari
dan praktis 'tidak makan apa-apa' di hari lain. Batita membutuhkan antara
1.000 - 1.300 kalori seharinya, itu pun mereka belum tentu mendapatkan
jumlah kalori yang sama dari total jumlah makan mereka setiap
harinya. Karena itu, targetkan bahwa anak kita mendapatkan asupan makanan
bergizi dan seimbang setiap minggunya, bukan setiap harinya.

Semua penjelasan di atas bukan bermaksud agar para orang tua tidak perlu
lagi membujuk batita mereka untuk makan dengan baik dan membangun kebiasaan
maka yang sehat.
Berdasarkan pengalaman pribadi Dr. William Sears, MD dan Martha Sears, RN
menangani kedelapan anak-anaknya, mereka telah mengembangkan 17 tips untuk
menarik minat makan anak-anaknya sekaligus meminimalkan timbulnya
'pertengkaran' saat makan.

1. Offer a nibble tray.
Batita suka mencicipi segala jenis makanan, jadi mengapa kita tidak
menawarkan semacam 'smorgasbord' (penyajian menu ala 'buffet') kepada
mereka? Tip pertama dari dapur 'Sears' adalah dengan menawarkan sebuah
'nibble tray' pada batita. Gunakan wadah es batu, wadah muffin, atau wadah
/piring makanan (yang sudah terkotak-kotak didalamnya), dan taruh jenis
makanan yang bergizi, warna menarik serta dalam porsi kecil (bite-size) di
setiap bagian wadah tsb. Beri nama 'jenaka' untuk jenis 'finger foods' ini
yang disukai oleh anak kita, seperti:
- 'bulan' apel (buah apel yang diiris tipis2)
- 'perahu' alpukat (potongan buah alpukat)
- 'roda' pisang
- 'pohon' brokoli (brokoli yang dikukus)
- 'pedang' wortel (wortel dimasak dan diiris tipis)
- 'blok gedung' keju
- 'kano' telur (irisan telur)
- 'little O' (sereal berbentuk O)

Letakkan makanan ini di meja yang mudah dilihat dan mudah dijangkau. Saat
anak Anda sibuk beraktivitas di sekeliling rumah, ia dapat berhenti, duduk
sejenak, mengambil makanan di 'nibble tray', menggigitnya, dan melanjutkan
aktivitasnya. 'Waktu saji' makanan seperti ini bisa berlangsung dalam 1-2
jam.

NUTRITIP: Good Grazing - Good Behavior
Perilaku seorang anak kadang berhubungan dengan pola makannya. Orang tua
kadang dapat mengamati bahwa perilaku seorang batita mulai 'menjengkelkan'
menjelang siang atau menjelang sore hari. Dapatkah Anda melihat
hubungannya? Semakin lama anak beraktivitas tanpa makanan, semakin
'menjengkelkan' perilaku mereka. Dengan kegiatan 'mencicipi' seperti tip
no.1 di atas, hal ini membantu meminimalkan kadar naik-turunnya gula darah
dan mengurangi perilaku anak yang tidak diinginkan.

2. Dip it.
Anak-anak mengira bahwa mencelupkan makanan dalam 'dip' yang lezat adalah
hal yang lucu ('berantakan' tapi 'menyenangkan'). Ada beberapa alternatif
bahan yang bisa dijadikan 'dip':
- keju cottage atau dip tofu
- keju krim
- juice buah
- guacamole (saus alpukat)
- selai kacang
- puree buah atau sayuran
- yoghurt (plain atau ditambahkan pemanis dari konsentrat juice

Penyajian 'dips' dapat langsung dimakan sendiri atau dioleskan di atas
potongan buah apel atau pear,'bell-pepper strips', kue, roti 'bagel', roti
bakar, atau bahan makanan bergizi lainnya.

3. Spread it.
Batita suka sekali mengoles, atau lebih tepat lagi,
'mencoreng-moreng'. Tunjukkan pada mereka bagaimana menggunakan pisau roti
untuk mengoles keju, selai kacang atau konsentrat buah di atas biskut, roti,
atau kuenya.

4. Top it.
Batita suka dengan 'toppings' (yang ditaruh di atas/puncak kue). Pilih
sesuatu yang familiar sekaligus favorit mereka sebagai 'topping' dari sajian
menu 'baru' atau menu yang 'tidak terlalu disukai' si kecil. Hal seperti ini
cukup mampu mengatasi anak yang rewel dengan jenis makanan
tertentu. Alternatif 'topping' yang merupakan favorit: yoghurt, keju krim,
keju yang dilelehkan, saus alpukat, saus tomat, saus apel, dan selai kacang.

5. Drink it.
Jika anak Anda lebih suka minum daripada makan, jangan putus asa. Sajikanlah
'smoothie' - dari bahan-bahan makanan yang ada. Susu dan buah - dipadu mis.
dengan juice, 'egg powder', biji gandum, yoghurt, madu, dan selai kancang -
dapat menjadi salah satu menu yang sangat sehat. Lalu bagaimana jika jenis
menu seperti ini dikonsumsi menggunakan sedotan? Cermati hal ini: hindari
segala jenis minuman yang ada kandungan telur mentahnya untuk menghindari
resiko keracunan kuma Salmonella.

6. Cut it up.
Seberapa banyak seorang anak memakan makanannya kadang bergantung pada
bagaimana Anda memotong/mengiris makanan tsb. Potong sandwich, pancake,
waffle, dan pizza dalam berbagai jenis bentuk menggunakan pemotong kue.

7. Package it.
Penampilan luar sangatlah penting. Untuk sesuatu yang baru dan berbeda,
mengapa Anda tidak menggunakan piring mainan anak Anda sebagai wadah
makanannya? Anak-anak kita menikmati hal-hal tak terduga dan fantastis jika
ada hubungannya dengan penyajian makanan - dengan material apa saja, mulai
dari cangkir plastik pengukur bahan makanan hingga wadah (kerucut) ice cream
.

Anda juga dapat mencoba pendekatan 'membuat ukuran/porsi' semakin
kecil. Selain menyajikan makanan dengan porsi kecil, atau, jika memang
tersedia, beli peralatan makanan dengan 'munchkin-size', seperti untuk
membuat roti bagel mini, pie mini, chicken drummettes (bagian daging dari
sayap ayam), juga muffin mini.

8. Become a veggie vendor.
Saya mungkin sudah mendengar, 'Dokter, anak saya tidak mau makan sayur'
ribuan kali. Walaupun begitu, anak tsb. tetap bertumbuh dengan
baik. Sebenarnya, menu sayuran membutuhkan sejumlah kiat marketing yang
kreatif, mengingat makanan ini tampaknya merupakan jenis yang paling
ditentang anak-anak di rumah. Berapa banyak sayuran yang dibutuhkan seorang
batita? Walaupun mereka seharusnya mendapatkan 3-5 porsi sayuran setiap
harinya, untuk anak-anak balita (di bawah 5 tahun), setiap porsi yang
dibutuhkan hanya seukuran 1 sendok makan. Dengan kata lain, anak usia 2
tahun idealnya mengkonsumsi 2 sendok makan sayuran 3-4 kali setiap harinya.

Jadi jika Anda bukanlah orang tua dari anak-anak 'pecinta sayuran', cobalah
beberapa tips berikut ini:
- Berkebun dengan anak Anda.
Biarkan dia menolong Anda merawat tanaman, memanen sayuran yang matang,
membantu mencuci dan menyiapkan sayuran untuk menu makanan. Ia mungkin akan
lebih berminat untuk makan sayuran yang telah ia 'bantu' untuk tumbuh,
matang dan siap disajikan.
- Selipkan lembaran atau potongan sayuran ke dalam makanan favorit.
Coba untuk tambahkan sayuran pada nasi, keju cottage, keju krim, saus
alpuat, atau bahkan macaroni dan keju. Pancake Zucchini dan muffin wortel
adalah makanan favorit di rumah kami.
- 'Kamuflase' kan sayuran dengan saus favorit.
- Gunakan sayuran sebagai 'finger foods' dan celupkan ke dalam saus atau
'dip' favorit.
- Dengan pemotong kue, potong sayuran dalam bentuk-bentuk yang menarik.
- Kukus sayuran hijau
Pengolahan dengan cara ini menghasilkan sayuran yang lebih ber-cita rasa dan
lebih manis.
- Gunakan sayuran sebagai seni
Ciptakan bentuk 'wajah' yang penuh warna dengan menggunakan irisan olive
sebagai 'mata', tomat sebagai 'kuping', jamur sebagai 'hidung',
'bell-pepper' sebagai 'janggut', dan alternatif bentuk jenaka
lainnya. Lauren, anak ke-8 kami, gemar menaruh olive pada ujung jari-jari
tangannya yang kemudian dimakan dengan cara dicomot satu-demi satu dari
setiap ujung jarinya. Pancake Zucchini juga bisa menjadi 'wajah' yang
sempurna jika ditambahkan kacang polong sebagai 'mata', wortel sebagai
'hidung' dan keju sebagai 'rambut'.
- Buat kamuflase yang kreatif
Ada banyak variasi yang mungkin bisa dibuat menggunakan 'keju dalam pohon'
(brokoli kukus dengan topping keju yang meleleh). Atau, Anda dan anak Anda
juga dapat menikmati nikmatnya sayuran (khususnya untuk hidangan Asia)
dengan saus selai kacang sebagai topping.

9. Share it.
Jika anak Anda sedang mengalami fase 'picky eater', undanglah teman sebaya
atau sedikit lebih tua darinya yang Anda tahu adalah anak 'suka makan'. Anak
Anda akan terpengaruh juga. Makan bersama-sama seperti ini akan membuat
seorang anak dapat melihat contoh dan mengikutinya.

10. Respect tiny tummies.
Tetap sajikan makanan dalam porsi kecil. Ingin tahu seberapa besar porsi
itu? Inilah petunjuknya. Ukuran lambung seorang anak kurang lebih sama
dengan ukuran kepalan tangannya. Jadi berikan porsi kecil pertama-tama, dan
isi kembali piringnya jika anak Anda ingin makan lagi. Metode 'less-is-more'
ini tidak saja lebih berhasil untuk diterapkan pada anak-anak 'picky
eaters', tapi juga memiliki keuntungan tambahan dalam hal menstabilkan kadar
gula darah, yang pada gilirannya meminimalkan perubahan mood si
kecil. Sebagaimana para orang tua tahu, anak yang lapar umumnya adalah anak
yang tidak bahagia.

Lakukan metode yang disebut 'the bite rule' untuk membujuk anak yang 'picky
eater': 'coba gigit sekali, coba gigit2x ...' (sejauh yang dapat Anda
lakukan untuk membujuknya tanpa memaksanya makan). Metode ini minimal
membuat anak Anda mau mencicipi jenis makanan baru juga memberinya
kesempatan untuk memegang kendali terhadap makanannya. Sedapat mungkin,
biarkan anak Anda - dan seleranya - menentukan kecepatan makannya. Tetapi
jika Anda ingin anak Anda makan bersamaan waktunya dengan Anda, coba untuk
kondisikan agar waktu makan selingan (snacks) terakhirnya minimal 2 jam
sebelum waktu makan bersama-sama Anda.

11. Make it accessible.
Berikan anak Anda ruang khusus sebagai 'gudang' tempat stok
makanannya. Sediakan laci terbawah di dalam kulkas Anda untuk menaruh
segala macam makanan dan minuman favorit (dan bergizi) anak Anda. Kapan saja
ia menginginkan makanan tsb., bukakan pintu kulkas dan biarkan dia memilih 1
macam makanannya. Taktik ini juga memungkinkan anak-anak untuk makan saat
mereka merasa lapar, suatu langkah penting dalam membangun kebiasaan yang
sehat tentang makanan.

12. Use sit-still strategies.
Satu alasan mengapa para batita tidak suka duduk tenang di meja makan
keluarga yaitu karena mereka harus duduk dengan kaki menggantung. Cobalah
Anda duduk di atas bangku pendek (stool) saat makan. Anda secara alami akan
segera menggeliat dan ingin segera bangkit dan bergerak di sekeliling
bangku. Anak-anak cenderung duduk dan makan lebih lama jika menggunakan
meja dan kursi khusus ukuran anak-anak di mana kaki mereka dapat menyentuh
lantai.

13. Turn meals upside down.
Perbedaan antara makan pagi, makan siang dan makan malam tidak terlalu
berarti untuk seorang anak. Jika anak Anda ngotot ingin makan pizza waktu
pagi hari atau buah dan sereal di waktu malam, ikuti saja - lebih baik
dibandingkan ia tidak mau makan sama sekali. Hal ini bukan berarti Anda
harus menjadi orang tukang masak dengan order kilat, atau selau melayani
banyak permintaan spesial, tetapi mengapa Anda tidak biarkan batita Anda
merancang menu makanannya sendiri di waktu-waktu tertentu? Anggota keluarga
lainnya juga mungkin bisa ikut menikmati kesenangan baru dengan adanya
hidangan wafel dan 'hash brown' saat makan malam.

14. Let them cook.
Anak-anak lebih cenderung makan makanan kreasi mereka sendiri, jadi jika
memungkinkan, biarkan anak Anda membantu Anda menyiapkan makanannya. Gunakan
pemotong kue untuk menciptakan desain yang dapat dimakan dalam menunya,
seperti: keju, roti, irisan tipis daging, atau mie lasagna matang. Beri
'asisten' Anda tugas semacam: merobek dan mencuci helai daun selada,
menggosong kentang, atau mengaduk adonan. Isi adonan pancake ke dalam botol
pencet dan biarkan anak Anda menjadi 'supervisor' saat Anda membuat
bentuk-bentuk yang lucu (mis. bentuk hati, angka, huruf, atau bahkan ejaan
nama anak) di atas wajan panas.

15. Make every calorie count.
Tawarkan anak anda jenis makanan yang mengandung banyak gizi dalam 'dosis'
kecil. Ini khususnya berguna bagi batita yang aktif seperti 'kelinci' tapi
makan seperti 'tikus'.
Makanan padat gizi yang disukai sebagian besar anak-anak, di antaranya:
- Alpukat
- Pasta
- Brokoli
- Selai kacang
- Nasi (beras merah) dan 'grains'
- Kentang
- Keju
- Daging unggas
- Telur
- Labu
- Ikan
- Ubi
- Kacang merah
- Tofu
- Yoghurt

16. Count on inconsistency.
Untuk anak-anak, apa dan berapa banyak makanan yang mereka ingin makan
mungkin berbeda-beda setiap harinya. Ketidakteraturan ini menjadi bagian
terbesar dalam sikap 'kebingungan' mereka tentang makna 'tidak mau
bergantung pada orang lain', dan aktivitas makan adalah area di mana mereka
dapat mengambil sikap seperti itu. Jadi janganlah terkejut jika anak Anda
makan sepiring penuh di satu hari dan praktis tidak makan apa-apa keesokan
harinya, sangat mengagumi brokoli di hari Selasa dan menolaknya
mentah-mentah di hari Kamis, ingin melakukannya sendiri pada suatu
kesempatan makan dan di lain waktu benar-benar ingin disuapi.

Seperti yang dinyatakan salah seorang orang tua dalam kegiatan praktek kami,
' satu-satunya hal konsisten tentan masalah memberi makan batita adalah
'ketidak konsistenan''. Cobalah untuk tetap ikut serta dalam perubahan mood
anak Anda dalam soal makanan, dan jangan sekali-kali memasukkan ke hati
tentang sikap mereka terhadap issue makanan.

17. Relax.
Di masa antara ulang tahun yang ke-2 dan ke-3 anak Anda, bersiaplah dengan
kebiasaan nya yang siap dengan idenya sendiri terhadap semua hal - termasuk
cara makanan disiapkan dan disajikan. Bersiaplah dengan perasaan hatinya
yang 'terlalu mendalam' terhadap makanan. Jika memang selai kacang itu
harus berada di atas jelly, tetapi Anda malah melakukan sebaliknya,
bersiaplah untuk mendengar protes. Tidaklah mudah beradu argumentasi dengan
si-2-tahun yang 'berpendirian keras'. Lebih baik belajar membuat sandwich
ala anak Anda.

Jangan menginterpretasikan sikap anak Anda ini sebagai sikap 'keras kepala'.
Batita memiliki pola pikir tentang urutan terhadap segala sesuatu dalam
dunia mereka. Alternatif lain tidak dapat diterima. Ini adalah tahap
perkembangannya yang akan segera berlalu.

(translated by Sylvia Radjawane)
Dikutip dari : http://www.mail-archive.com/ayahbunda-online@yahoogroups.com/msg12250.html


Rabu, Juli 15, 2009

Giginya adek kayak nenek :)

Burung kakaktua...
Hinggap di jendela..
Nenek sudah tua..
Giginya tinggal....DUA...
Kayak giginya adek yang gak nambah-nambah

Gaya heboh adek..

Kapan hari tepatnya 02/07 si adek diajakin ke giant maspion *ya sebenarnya sih bukan pertama kalinya si adek di ajak kegiant* cuma kmrn diajakin juga maen di area permainannya *biasanya si adek kalo maen di play land di Royal*
Rasanya heboh banget deh waktu si adek diajakin maen2, malah sempet2nya si adek manjat maenannya *waduh dik..jangan niru bunda donk suka manjat..:)*
Rasanya semua orang pada ngeliatin bunda...gmn gak ngeliatin wong si adeknya rame banget gtu....weleh...weleh...udah gede ya si adek..

Senin, Juli 13, 2009

Hasil Kesimpulan Diskusi Tentang Penggunaan Vaksin Berenzim Babi

Senin, 29/06/2009 15:48 WIB

Kesimpulan Talk Show

“Menyoal Penggunaan Vaksin Berenzim Babi pada Jama’ah Haji Indonesia” Masjid Agung Al-Azhar Jakarta, 4 Rajab 1430/27 Juni 2009

Menimbang :

  1. Vaksin Meningitis Mencevax ACW135Y produksi PT. GlaxoSmithKline Beecham Pharmaceuticals (GSK) dari Belgia yang dipakai oleh Pemerintah Indonesia terbukti seratus persen menggunakan enzim tripsine Babi dalam proses pembuatannya.
  2. Firman Allah Swt pada Qs. Al-Baqarah 2:173 yang menyatakan haramnya Babi, karena itu bagian manapun dari hewan Babi sedikit atau banyak tetap haram untuk dikonsumsi oleh manusia.
  3. Penggunaan vaksin Meningitis yang katalisatornya berasal dari enzim Babi tidak dapat dikategorikan sebagai kondisi darurat sebagaimana dimaksud dalam Syari’at Islam

Memperhatikan :

  1. Paparan para nara sumber dan dialog Talk Show “Menyoal Penggunaan Vaksin Berenzim Babi pada Jama’ah Haji Indonesia”, Jakarta 4 Rajab 1430/27 Juni 2009
  2. Kewajiban Pemerintah melindungi kehidupan umat beragama dalam menjalankan ibadah sesuai Syari’at agamanya sebagaimana termaktub dalam UUD 45 Ps. 29 ayat 1 dan 2.
  3. Keselamatan aqidah kaum muslimin yang ingin menjalankan ibadah Haji terhadap hal-hal yang haram dan syubhat.
  4. Keinginan untuk mencapai haji mambur dengan memenuhi Syari’at Allah dan Rasul-Nya serta bersih dari hal-hal yang syubhat apalagi haram
  5. Perintah Allah dalam Qs. Asysyura 42:37 untuk menjauhi dosa-dosa besar dan segala hal yang buruk (yang diharamkan).
  6. Kewajiban haji bagi seseorang muslim hanya bila terpenuhi syarat-syaratnya secara halal. Maka apabila ada rintangan yang haram untuk melaksanakan ibadah haji maka pelaksanaannya menjadi tidak wajib bagi yang bersangkutan selama rintangan yang haram itu ada.

Memutuskan :

  1. Vaksin Meningitis Mencevax ACW135Y produksi PT. GlaxoSmithKline Beecham Pharmaceuticals (GSK) dari Belgia yang dibuat menggunakan enzim Babi pemakaiannya adalah Haram.
  2. Bila penggunaan vaksin ini dijadikan syarat bagi jama’ah haji Indonesia maka jama’ah haji Indonesia tergolong orang-orang yang tidak istitha’ah untuk menjalankan ibadah haji (tidak berkewajiban menjalankan ibadah haji) selama dipaksa menggunakan vaksin Meningitis yang berenzim Babi.
  3. Menghimbau para jama’ah haji Indonesia tahun ini untuk menunda keberangkatan sampai diperoleh vaksin Meningitis yang halal seratus persen.
  4. Rekomendasi agar Pemerintah mengadakan pembahasan ilmiah dan syar’iyah (keilmuan dan keulamaan) dengan mengundang para ulama khususnya dari Arab Saudi yang memberikan sertifikasi halal terhadap vaksin berenzim Babi, sehingga dapat memberikan kesimpulan secara benar. Majelis Mujahidin bersama elemen-elemen Islam yang lain siap memberikan kontribusi secara aktif.

Jakarta, 4 Rajab 1430 H/ 27 Juni 2009 M

Panitia Penyelenggara Abu Jundur Rahman, BA, S.Pd.I, MM

DR. H. Irfianda Abidin Dt.P.Basa Ketua Pelaksana Ketua Pengarah

Mengetahui : Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin

Irfan S. Awwas

Nara Sumber Talk Show “Menyoal Penggunaan Vaksin Berenzim Babi pada Jama’ah Haji Indonesia”, Jakarta 4 Rajab 1430/27 Juni 2009 :

  1. Menteri Kesehatan RI dr. Fadilah Supari
  2. LPPOM MUI Pusat Dr. Anna Priangani Roswiem
  3. Komisi Fatwa MUI Pusat Ust. Aminuddin Ya’qub
  4. Kepala Badan POM Depkes RI dr. Husniah Rubiana Thamrin, AKIB
  5. Ketua MUI Sumsel Ust. Muhammad Sodikun
  6. Amir Majelis Mujahidin, Drs. M. Thalib
  7. Dirjen Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Prof. Tjandra Yoga Aditama

Moderator : Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin, Irfan S. Awwas

Tabligh Akbar:

1. Ust. Muhammad Arifin Ilham (Majelis Adz-Dzikra) 2. Ust. Abu Muhammad Jibril Abdurrahman (Majelis Mujahidin) 3. Ust. Abu Sa’ad (Forum Umat Islam)

Pemandu : Ust. Abdusy Syukur (Majelis Adz-Dzikra)

Dikutip dari : http://www.facebook.com/ext/share.php?sid=96592912676&h=LyKJk&u=YY9LU&ref=mf


Kesalahpahaman tentang Imunisasi (Vaksin dapat menimbulkan autisme)

Pada tanggal 3 Oktober 1999, Cable News Network (CNN) menayangkan acara yang menampilkan orang tua dari Liam Reynolds (3 tahun) yang menyatakan bahwa anaknya menderita autisme 2 minggu setelah mendapat imunisasi vaksin MMR (vaksin untuk campak, gondongan, dan campak Jerman). Program tersebut juga menayangkan ulasan dokter Stephanie Cave dari Louisiana, seorang spesialis yang menangani autisme dengan diet dan suplemen nutrisi. Secara resmi American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan dan menjelaskan mengapa tidak ada alasan kuat yang menunjukkan adanya hubungan antara autisme dan vaksinasi. Tapi dengan adanya penayangan video dramatis “sebelum dan sesudah” dari anak tersebut, memiliki dampak yang cukup kuat untuk mempengaruhi para orang tua untuk menghindari pemberian imunisasi untuk anak-anak mereka. Narator dari acara tersebut menyatakan bahwa terdapat angka yang membingungkan dari jumlah anak yang terdiagnosis menderita autisme. Agaknya yang terjadi adalah peningkatan angka pelaporan, bukan peningkatan angka kasus sesungguhnya.

Autisme adalah suatu kelainan perkembangan kronik yang ditandai dengan adanya masalah pada ineteraksi sosial, komunikasi, serta minat dan aktivitas yang terbatas dan berulang. Autisme awalnya dapat diperhatikan pada masa bayi berupa gangguan perhatian, tetapi seringnya mulai teridentifikasi pada masa balita, terutama pada laki-laki usia 18 sampai 30 bulan. Anak laki-laki diperkirakan memiliki kecenderungan menderita autisme 3-4 kali lebih besar dari pada anak perempuan. Ketepatan mendiagnosis autisme bergantung pada akurasi riwayat perkembangan yang terfokus pada tipikal tingkah laku autisme dan evaluasi keterampilan fungsional. Sekitar 75% penderita autisme mengalami retardasi mental. Kurang dari 5% anak-anak dengan bakat autistik memiliki kromosom X yang rapuh (fragile x, kelainan yang salah satu manifestasinya juga retardasi mental) atau kelainan kromosomal lainnya. Meskipun tidak akan memperoleh kesembuhan yang sempurna, tetapi autisme dapat ditangani. Gejala yang berhubungan dengan autisme sering membaik seiring dengan dimulainya seorang anak mempelajari bahasa dan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhannya.

Pada kebanyakan kasus autisme, tidak ditemukan penyebab yang jelas. Pada sebagian kecil kasus, penyebab biologis telah teridentifikasi, meskipun tidak ada yang khas untuk autisme. Beberapa faktor prenatal yang berhubungan mencakup infeksi rubella saat kehamilan, penyakit tuberous sclerosis, kelainan kromosomal seperti sindroma Down's, selain itu adanya kelainan otak seperti hidrosefalus. Kondisi pos natal yang diketahui sering berhubungan dengan autisme mencakup fenilketonuria (PKU) yang tidak diobati, spasme infantile, dan ensefalitis akibat virus herpes simpleks. Namun secara keseluruhan tidak ditemukan penyebab yang berhasil diidentifikasikan.

Teori terbaru yang diajukan oleh banyak ahli menyatakan autisme merupakan kelainan berdasarkan faktor genetik yang timbul sebelum lahir. Pada penelitian yang dilakukan terhadap penderita autisme, ditemukan kelainan pada struktur otak yang berkembang pada beberapa awal minggu pertama perkembangan janin. Terdapat bukti yang menyatakan bahwa faktor genetik merupakan penyebab yang penting (tapi tidak khusus) dari autisme, mencakup 3-8% risiko dari kekambuhan pada keluarga dengan seoranng anak autis. Suatu kelompok kerja National Institutes of Health tahun 1995 menghasilkan konsensus yang menyatakan bahwa autisme merupakan suatu kondisi genetik. Bahasan yang belum terselesaikan oleh kelompok kerja ini adalah peranan faktor kekebalan pada spektrum kelainan autisme, hal ini menunjukkan bahwa penting diadakan penelitian untuk menjernihkan situasi tersebut.

Tidak ada bukti yang menunjukkan keterkaitan

Beberapa orang tua yang memiliki anak autisme yakin bahwa terdapat hubungan antara vaksin MMR dengan autisme. Namun sebenarnya, tidak terdapat alasan yang terpercaya bahwa ada vaksin yang dapat menyebabkan autisme atau gangguan tingkah laku lainnya. Gejala dari autisme khasnya diketahui oleh orang tua pada saat anak mereka mengalami kesulitan dan keterlambatan bicara setelah usia satu tahun. Vaksin MMR diberikan pertama kali pada saat anak berusia 12-15 bulan. Hal ini juga berkaitan dengan usia munculnya autisme pada umumnya, maka tidak mengherankan autisme timbul setelah pemberian vaksin MMR pada beberapa kasus. Akan tetapi, penjelasan logis yang dapat diberikan untuk kasus ini adalah suatu kejadian yang tidak sengaja bersamaan, bukan suatu hubungan sebab dan akibat.

Jika vaksin campak atau vaksin lainnya dapat menyebabkan autisme, maka akan menjadi suatu kasus yang sangat jarang terjadi, karena berjuta anak di dunia ini mendapatkan vaksin tanpa ada efek yang menimbulkan penyakit. Satu-satunya “bukti” yang menunjukkan hubungan antara vaksin MMR dan autisme diterbitkan pada British journal Lancet tahun 1998. Akan tetapi untuk tahun keluaran yang sama muncul pula suatu editorial yang membahas tentang kebenaran penelitian tersebut. Berdasarkan data dari 12 pasien, dr. Andrew Wakefield (seorang ahli pencernaan Inggris) dan sejawatnya berspekulasi bahwa vaksin MMR mungkin menjadi penyebab adanya masalah pada usus yang menyebabkan penurunan penyerapan dari vitamin esensial dan zat-zat nutrisi yang selanjutnya menimbulkan gangguan perkembangan seperti autisme contohnya. Dalam hal ini tidak terdapan analisa ilmiah yang dilaporkan untuk teori tersebut. Apakah yang terjadi pada 12 pasien tersebut dapat mewakili suatu sindrom klinis yang khas sulit dinilai tanpa mengetahui besarnya populasi dan periode waktu saat kasus tersebut didentifikasi. Jika kasus tersebut menjadi rujukan yang selektif dari pasien dengan autisme untuk praktek si peneliti, misalnya, maka kasus yang dilaporkan akan menggambarkan kerancuan dari rujukan tersebut. Selanjutnya, teori yang menyatakan bahwa autisme dapat menyebabkan penyerapan yang buruk dari zat-zat nutrisi kurang beralasan dan tidak didukung oleh data klinis. Pada setidaknya 4 dari 12 kasus, masalah tingkah laku muncul sebelum timbulnya gejala dari penyakit inflamasi usus (inflammatory bowel disease). Selanjutnya setelah publikasi mereka pada Februari 1998, Wakefield dan sejawatnya telah menerbitkan hasil penelitian yang lain dengan pemeriksaan laboratorium yang memadai dari pasien dengan penyakit inflamasi usus, menunjukkan mekanisme autisme setelah vaksinasi MMR hasilnya negatif untuk virus campak.

Pemeriksaan terbaru lainnya juga tidak mendukung hubungan sebab akibat antara vaksin MMR (atau vaksin campak lainnya) dan autisme atau inflammatory bowel disease (IBD). Pada suatu pemeriksaan yang lainnya, suatu kelompok kerja dari vaksin MMR dari United Kingdom's Committee on Safety of Medicines tahun 1999 mengalami tuntutan sejumlah evaluasi dari ratusan laporan yang dikumpulkan oleh suatu firma pengacara, dengan adanya autism, penyakit Crohn, atau kelainan perkembangan lainnya yang serupa, setelah mendapatkan vaksin MMR atau MR. Kelompok kerja tersebut menyusun secara sistematis keterangan dari orang tua dan dokter yang menangani. Kesimpulan yang diberikan oleh kelompok kerja tersebut menyatakan bahwa informasi yang ada tidak mendukung hubungan sebab akibat ataupun jaminan keamanan vaksin MMR dan MR. Pada Maret 2000, laporan dari Medical Research Council menyatkan bahwa antara bulan Maret 1998 dan September 1999 tidak ditemukan bukti yang menunjukkan hubungan sebab akibat MMR dengan autisme atau IBD, hal yang sama juga dilaporkan oleh American Medical Association.

Suatu penelitian oleh Taylor dan sejawat menunjukkan bukti yang berdasarkan populasi dimana bukti tersebut menjawab keterbtasan yang dihadapi oleh kelompok kerja dan Wakefield serta sejawatnya. Beliau mengidentifikasikan 498 kasus kelainan spektrum autisme atau autism spectrum disorders (ASD) pada beberapa distrik di London yang lahir tahun 1979 atau sesudahnya dan menghubungkan dengan suatu pencataan vaksinasi regional independen. ASD mencakup autisme kalsik, autisme atipikal, dan sindroma Asperger, hasil yang juga didapat serupa ketika kasus autisme klasik dianalisa secara terpisah. Hasil dari penelitian tersebut:

  • Terdapat peningkatan jumlah kasus ASD sejak 1979, tetapi tidak ada lonjakan setelah pengenalan vaksin MMR pada tahun 1988.
  • Pada kasus yang mendapat vaksinasi sebelum usia 18 bulan terdapat kesamaan usia saat terdiagnosis autisme dengan kasus yang mendapatkan vaksin setelah berusia 18 bulan ataupun dengan yang tidak divaksinasi, hal ini menunjukkan bahwa vaksinasi tidak berperan pada pemunculan awal karakterisk autistik.
  • Kasus ASD yang mendapatkan vaksin MMR pada usia dua tahun memiliki kesamaan dengan anak-anak yang berusia sama di seluruh daerah menunjukkan suatu bukti bahwa sangat sedikit keterkaitan antara kasus ASD dengan vaksinasi tersebut.
  • Diagnosis awal atau tanda permulaan dari kemunduran tingkah laku tidak muncul bersamaan dengan periode setelah pemberian vaksinasi.
  • Data statistik mengenai hubungan temporal (waktu) antara vaksinasi MMR dan mulainya orang tua memperhatikan kelainan pada tingkah laku anaknya menunjukkan hasil yang sulit diinterpretasi, hal ini dimungkinkan karena kesulitan orang tua untuk mengingat kembali usia saat gejala muncul dan kecenderungan untuk memperkirakan usia munculnya gejala pada usia 18 bulan.

Suatu penelitian yang dilakukan pada populasi anak di dua komunitas yang berbeda di Swedia juga menunjukkan tidak adanya bukti hubungan vaksin MMR dengan autisme. Hasil penelitian itu menemukan tidak terdapat perbedaan prevalensi autisme antara anak yang lahir sesudah pengenalan imunisasi MMR di Swedia maupun sebelumnya.

Pada Januari 1990, sebuah komite dari Institute of Medicine yang mengamati efek vaksin DPT pada kesehatan menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara vaksin DPT atau komponen pertusis dari vaksin DPT dan autisme. Hal yang sama juga dilaporkan CDC's Monitoring System for Adverse Events Following Immunization (MASAEFI), menunjukkan tidak ada laporan yang menyatakan adanya autisme yang muncul setelah 28 hari pemberian imunisasi DPT pada rentang waktu antara 1978-1990, suatu periode dimana 80.1 juta dosis vaksin DPT diberikan di Amerika Serikat. Dari Januari 1990 sampai Februari 1998, hanya 15 kasus gangguan tingkah laku autisme (autism behavior disorder) setelah imunisasi yang dilaporkan pada sistem pencatatan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) atau Vaccine Adverse Events Reporting System (VAERS). Karena jumlah kasus yang dilaporkan dalam rentang waktu 8 tahun tersebut sangat kecil, maka kasus tersebut kurang mewakilli kejadian yang berhubungan dengan pemberian vaksinasi. Vaksin yang sering dilaporkan pada laporan tersebut adalah DPT, vaksin polio oral atau oral polio vaccine (OPV), dan MMR. Vaksin lain yang dilaporkan memiliki kemungkinan berhubungan dengan autisme adalah vaksin Haemophilus influenzae type B dan Hepatitis B.

Pada tahun 2000, American Academy of Pediatrics mengadakan konvensi panel multidisiplin untuk membahas perkembangan, epidemiologi, dan aspek genetik dari ASD dan hipotesis yang berhubungan dengan IBD, campak, dan vaksin MMR. Panel tersebut menyimpulkan:

“Meskipun kemungkinan hubungan dengan vaksin MMR telah mendapat perhatian dari masyarakat banyak dan mendapat perhatian politik, dan banyaknya masyarakat yang membuat kesimpulan sendiri berdasarkan pengalaman mereka, bukti yang ada tidak mendukung hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara vaksin MMR sebagai penyebab autisme atau gangguan serupa lainnya ataupun IBD. Pemberian vaksin campak, gondong, dan rubela secara terpisah tidak memiliki keuntungan tersendiri dibandingkan dengan pemberian vaksin MMR dan menyebabkan terlambatnya atau kealpaan pemberian imunisasi. Dokter anak harus bekerja sama dengan orang tua untuk meyakinkan bahwa anak mereka akan mendapatkan perlindungan dari vaksinasi. Usaha ilmiah yang berkelanjutan perlu dilakukan untuk mencari penyebab dari ASD.”

Kenyataan bahwa autisme terdiagnosis pada usia tahun kedua atau ketiga, tidak berarti bahwa autisme baru terjadi saat usia tersebut. Hasil analisis yang didapatkan dari sebuah rekaman sederhana sejak kelahiran, menunjukkan bhawa anak yang didiagnosis autis antara usia 2 atau 3 tahun memiliki tanda-tanda abnormal pada usia satu tahun pertama dan kadang pada awal kelahiran.

Baru-baru ini, National Childhood Encaephalopathy Study (NCES) mengamati apakah terdapat adanya hubungan antara vaksin campak dan kelainan neuroligis. Peneliti di Inggris menemukan bahwa tidak ada indikasi yang menyatakan bahwa vaksin campak berpengaruh terhadap perkembangan edukasi dan defisit tingkah laku atau tanda-tanda kerusakan neurologis untuk jangka lama.

Kebanyakan orang tidak mengalami kejadian lanjutan setelah mendapat vaksinasi MMR. Sekitar 5%-15% dari jumlah pemberian vaksin mengalami demam 5-12 hari setelah vaksinasi MMR dan 5% timbul ruam kemerahan. Hal yang melibatkan susunan saraf pusat mencakup ensefalitis dan ensefalopati dilaporkan terjadi 1 dari 1 juta dosis yang diberikan. Pada Juli 2002, setelah pernyataan dari Wakefield sebelum U.S. Congressional committee yang diketuai oleh Dr. Michael Fitzpatrick (seorang dokter umum dari Inggris dan orang tua dari seorang anak autis) menyatakan Wakefield "telah menggunakan jalur di luar ilmu kedokteran serta memanfaatkan kepopuleran media dan kampanye populis." Pada suatu ulasan mengenai pernyataan Wakefield dan Paul Shattock, seorang ahli farmasi dan penyanggah vaksin yang menjalani Autism Research Unit pada University of Sunderland, Fitzpatrick menyatakan:

“Sekarang berkembang jaringan laboratorium swasta yang menawarkan pemeriksaan urin dan darah yang dikatakan oleh Mr Shattock - semuanya tidak menunjukakan nilai diagnostik. Terdapat sektor bisnis substansial yang menjual suplemen makanan, vitamin, mineral, enzim dan segala jenis produk makanan spesifik – yang tidak terbukti memiliki nilai terapeutik. Tes dan suplemen tersebut memiliki biaya yang mahal dan tidak menunjukkan hasil yang dapat dibuktikan, banyak ditawarkan ke orang tua yang putus asa, sering kali dengan pendapatan yang rendah.”

Terdapat bebrapa pencari keuntungan dari kampanye anti-MMR. Dokter umum swasta sekarang mengambil keuntungan dari penjualan vaksin secara terpisah. Pengacara dengan semangat mengumpulkan biaya jasa mereka dengan meningkatkan harapan dari orang tua bahwa mereka dapat menerima kompensasi akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh vaksin MMR. Oleh karena itu bukanlah suatu hal yang mengejutkan kalau mereka tersebut merupakan pendukung antusias dari pernyataan Dr Wakefield. Sangat terlihat bahwa jurnalis Inggris terpengaruh dengan karisma Dr Wakefield dan terhanyut dalam pengetahuan murahan, dan mereka malas untuk menyelidiki penyelewangan yang dilakukan oleh kampanye anti-MMR.

Seiring dengan pemaparan dengan zat-zat yang dapat menimbulkan demam, beberapa anak dapat mengalami kejang demam. Kebanyakan setelah vaksinasi campak terjadi kejang demam sederhana dan dapat terjadia pada anak dengan faktor risiko yang tidak diketahui sebelumnya. Peningkatan resiko kejang yang dicetuskan oleh demam meningkat pada anak dengan riwayat kejang sebelumnya.

Hal Yang Penting

Tidak ada data yang terbukti menunjukkan bahwa vaksin campak meningkatkan risiko berkembangnya autisme atau gangguan tingkah laku lainnya. Keuntungan yang didapatkan jauh lebih besar dari risiko yang mungkin timbul. CDC secara berkelanjutan merekomendasikan 2 dosis vaksin MMR untuk anak yang tidak memiliki kontra indikasi; dosis awal pada usia 12-15 bulan dan yang kedua pada usia 4-6 tahun ataut 11-12 tahun.

Untuk menjamin keamanan vaksin CDC, FDA, National Institutes of Health (NIH), dan badan federal lainnya secara rutin mengamati adanya bukti baru yang berhubungan dengan keamanan vaksin. Baru-baru ini CDC mengadakan penelitian di daerah metropolitan Atlanta untuk mengevaluasi kemungkinan hubungan antara vaksin MMR dan autisme.

Imunisasi untuk melawan campak menghasilkan penurunan insiden campak secara nyata. Peran CNN dalam meliput masalah vaksin MMR dan autisme sangat tidak bertanggung jawab dan dapat menyebabkan kematian pada anak-anak yang orang tuanya takut untuk memberikan imunisasi MMR pada anak-anak mereka.

from : http://www.sehatgroup.web.id/artikel/223.asp?FNM=223

Fakta dan Mitos Mengenai Imunisasi

Sejak pemberian vaksinasi secara luas di Amerika Serikat, jumlah kasus penyakit pada anak seperti campak dan pertusis (batuk rejan/batuk seratus hari) turun hingga 95% lebih. Imunisasi telah melindungi anak-anak dari penyakit mematikan dan telah menyelamatkan ribuan nyawa. Saat ini beberapa penyakit sangat jarang timbul sehingga para orang tua kadang mempertanyakan apakah vaksinasi masih diperlukan.

Anggapan yang keliru ini hanya salah satu dari kesalahpahaman mengenai imunisasi. Kebenarannya adalah bahwa sebagian besar vaksin mampu mencegah penyakit yang masih ada di dunia, walaupun angka kejadian penyakit tersebut jarang. Vaksinasi masih sangat berperan penting dalam menjaga kesehatan anak. Bacalah lebih lanjut tentang imunisasi secara lebih jelas dalam uraian berikut!

Apa yang terjadi pada tubuh dengan imunisasi

Vaksin bekerja dengan mempersiapkan tubuh anak anda untuk memerangi penyakit. Setiap suntikan imunisasi yang diberikan mengandung kuman mati atau yang dilemahkan, atau bagian darinya, yang menyebabkan penyakit tertentu. Tubuh anak anda akan dilatih untuk memerangi penyakit dengan membuat antibodi yang mengenali bagian-bagian kuman secara spesifik. Kemudian akan timbul respon tubuh yang menetap atau dalam jangka panjang. Jadi, ketika anak terpapar pada penyakit yang sebenarnya, antibodi telah siap pada tempatnya dan tubuh tahu cara memeranginya sehingga anak tidak jatuh sakit. Inilah yang disebut sebagai imunitas (ketahanan tubuh terhadap penyakit tertentu).

Fakta dan mitos

Yang patut disayangkan, beberapa orang tua yang salah mendapatkan informasi mengenai vaksin memutuskan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak mereka, akibatnya risiko anak tersebut untuk jatuh sakit lebih besar.

Untuk lebih memahami keuntungan dan risiko dari vaksinasi, berikut ini beberapa mitos umum yang ada di masyarakat dan faktanya.

Imunisasi akan menimbulkan penyakit yang seharusnya ingin dicegah dengan vaksinasi pada anak saya

Anggapan ini timbul pada beberapa orang tua yang memiliki kekhawatiran besar terhadap vaksin. Adalah suatu hal yang mustahil untuk menderita penyakit dari vaksin yang terbuat dari bakteri atau virus yang telah mati atau bagian dari tubuh bakteri atau virus tersebut. Hanya imunisasi yang mengandung virus hidup yang dilemahkan, seperti vaksin cacar air (varicella) atau vaksin campak, gondong, dan rubela (MMR), yang mungkin dapat memberikan bentuk ringan dari penyakit tersebut pada anak. Namun hal tersebut hampir selalu tidak lebih parah dari sakit yang dialami jika seseorang terinfeksi oleh virus hidup yang sebenarnya. Risiko timbulnya penyakit dari vaksinasi amatlah kecil.

Vaksin dari virus hidup yang tidak lagi digunakan di Amerika Serikat adalah vaksin polio oral (diberikan melalui tetes ke dalam mulut anak). Keberhasilan program vaksinasi memungkinkan untuk mengganti vaksin virus dari virus hidup ke virus yang telah dimatikan yang dikenal sebagai vaksin polio yang diinaktifkan. Perubahan ini secara menyeluruh telah menghapuskan penyakit polio yang ditimbulkan oleh imunisasi di Amerika Serikat.

Jika semua anak lain yang berada di sekolah diimunisasi, tidak ada bahaya jika saya tidak mengimunisasi anak saya

Adalah benar bahwa kemungkinan seorang anak untuk menderita penyakit akan rendah jika yang lainnya diimunisasi. Jika satu orang berpikir demikian, kemungkinan orang lain pun akan berpikir hal yang sama. Dan tiap anak yang tidak diimunisasi memberikan satu kesempatan lagi bagi penyakit menular tersebut untuk menyebar. Hal ini pernah terjadi antara tahun 1989 dan 1991 ketika terjadi wabah campak di Amerika Serikat. Perubahan laju imunisasi pada anak pra sekolah mengakibatkan lonjakan tinggi pada jumlah kasus campak, angka kematian, serta jumlah anak dengan kerusakan menetap akibatnya. Hal serupa pernah terjadi di Jepang dan Inggris pada tahun 1970 yaitu wabah pertusis (batuk rejan/batuk seratus hari) yang terjadi saat laju imunisasi menurun.

Walaupun angka laju vaksinasi cukup tinggi di Amerika Serikat, tidak dapat dijamin bahwa anak anda hanya akan kontak dengan orang-orang yang telah divaksinasi, apalagi sekarang banyak orang bepergian dari dan ke luar negeri. Sepeti wabah ensefalitis pada tahun 1999 dari virus West Nile di New York, suatu penyakit dapat menyebar ke belahan bumi lain dengan cepatnya akibat perjalanan internasional. Cara terbaik untuk melindungi anak anda adalah dengan imunisasi.

Imunisasi akan memberikan reaksi buruk pada anak saya

Reaksi umum yang paling sering terjadi akibat vaksinasi adalah keadaan yang tidak berbahaya, seperti kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan, demam, dan ruam pada kulit. Walaupun pada kasus yang jarang imunisasi dapat mencetuskan kejang dan reaksi alergi yang berat, risiko untuk terjadinya hal tersebut sangat kecil dibandingkan risiko menderita penyakit jika seorang anak tidak diimunisasi. Setiap tahunnya jutaan anak telah divaksinasi secara aman, dan hampir semua dari mereka tidak mengalami efek samping yang bermakna.

Sementara itu, penelitian secara terus menerus dilakukan untuk meningkatkan keamanan imunisasi. The American Academy of Pediatrics (AAP) sekarang menganjurkan dokter untuk menggunakan vaksin difteri, tetanus, dan pertusis yang mengandung hanya satu bagian spesifik sel kuman pertusis dibandingkan dengan yang mengandung seluruh bagian sel kuman yang telah mati. Vaksin pertusis yang aselular (DtaP) dikaitkan dengan lebih kecilnya efek samping seperti demam dan kejang.

Baru-baru ini telah disetujui untuk mengganti zat pengawet timerosal dari semua vaksinasi, seperti yang direkomendasikan oleh The Advisory Commitee on Immunization Practice (ACIP), American Academy of Pediatrics, dan United States Public Health Service (USPHS).

Timerosal adalah produk dari etil merkuri dan telah digunakan sebagai pengawet vaksin sejak 1930. Jumlah timerosal yang terkandung dalam vaksin sangat rendah, pada kadar yang tidak berhubungan dengan keracunan merkuri. Namun USPHS sekarang merekomendasikan untuk meminimalkan semua paparan terhadap merkuri, tidak peduli berapapun sedikit kadarnya, hal ini termasuk pula penggunaan termometer kaca yang mengandung merkuri.

Pada tahun 1999, The Centre for Disease Cintrol (CDC) Amerika Serikat menunda penggunaan vaksin baru rotavirus setelah beberapa orang anak menderita sumbatan di usus yang mungkin dicetuskan oleh vaksin tersebut. Walaupun hanya beberapa kasus yang dilaporkan, CDC menghentikan pemberian vaksinasi karena adanya kekhawatiran mengenai keamanannya. Setelah dilakukan penelitian, vaksin rotavirus tidak diberikan lagi.

Ada rumor yang dikuatkan, banyak diantaranya yang diedarkan melalui internet, menghubungkan beberapa vaksin dengan multipel sklerosis, sindrom kematian mendadak pada bayi (SIDS), autisme, dan masalah kesehatan lainnya. Namun beberapa penelitian gagal dalam menunjukkan hubungan antara imunisasi dengan keadaan tersebut. Angka kejadian sindrom kematian mendadak pada bayi (SIDS) telah menurun lebih dari 50% beberapa tahun ini, padahal jumlah vaksin yang diberikan tiap tahun semakin meningkat.

Anak saya tidak perlu diiimunisasi karena penyakit tersebut telah dimusnahkan

Penyakit yang jarang atau tidak terjadi lagi di Amerika Serikat, seperti polio dan campak, tetap berkembang di belahan bumi lain. Dokter melanjutkan pemberian vaksin untuk penyakit tersebut karena penyakit tersebut sangat mudah ditularkan melalui kontak dengan penderita melalui perjalanan. Hal tersebut termasuk orang-orang yang mungkin belum diimunisasi masuk ke Amerika Serikat, seperti halnya orang Amerika yang bepergian ke luar negeri.

Jika laju imunisasi menurun, penyakit yang dibawa oleh seseorang yang datang dari negara lain dapat menimbulkan keadaan sakit yang berat pada populasi yang tidak terlindungi dengan imunisasi. Pada tahun 1994 polio telah terbawa dari India ke Kanada, namun tidak menyebar karena banyak masyarakat yang telah diimunisasi. Hanya penyakit yang telah diberantas tuntas dari muka bumi, seperti cacar (smallpox), yang aman untuk dihentikan pemberian vaksinasinya.

Anak saya tidak perlu diimunisasi jika ia sehat, aktif, dan makan dengan baik

Vaksinasi dimaksudkan untuk menjaga anak tetap sehat. Karena vaksin bekerja dengan memberi perlindungan tubuh sebelum penyakit menyerang. Jika anda menunda samapi anak anda sakit akan terlambat bagi vaksin untuk bekerja. Waktu yang tepat untuk memberikan imunisasi pada anak anda adalah saat ia dalam keadaan sehat.

Imunitas hanya bertahan sebentar

Beberapa vaksin, seperti campak dan pemberian beberapa serial vaksin hepatitis B, dapat menimbulkan kekebalan seumur hidup anda. Vaksin lainnya, seperti tetanus, bertahan sampai beberapa tahun, membutuhkan suntikan ulang dalam periode waktu tertentu (booster) agar dapat terus memberi perlindungan untuk melawan penyakit. Dan beberapa vaksin, seperti pertusis, akan semakin berkurang namun tidak memerlukan suntikan ulang (booster) karena tidak berbahaya pada remaja dan dewasa. Penting untuk menyimpan catatan pemberian suntikan imunisasi anak anda sehingga anda tahu kapan ia membutuhkan suntikan ulang (booster).

Fakta bahwa penelitian tentang vaksin masih terus berlanjut dan diperbaiki menunjukkan bahwa pemberiannya belum aman

Pusat pengawas obat dan makanan merupakan badan milik pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengatur tentang vaksin di Amerika Serikat. Bekerja sama dengan CDC dan The National Institutes of Health (NIH) mereka meneruskan penelitian dan memonitor keamanan dan keefektifan pemberian vaksin.

Surat ijin bagi vaksin baru dikeluarkan setelah dilakukan penelitian laboratorium dan percobaan klinis, dan pengawasan keamanan tetap berlanjut walaupun vaksin telah disetujui. Telah dilakukan dan akan terus dilakukan perbaikan (misalnya seperti yang berlaku pada DtaP dan vaksin polio) yang akan meminimalkan efek samping yang mungkin terjadi dan untuk menjamin standar keamanan yang terbaik.

Informasi tambahan

Jelaslah bahwa vaksin adalah satu dari alat terbaik yang kita miliki agar anak sehat, namun keberhasilan dan program imunisasi bergantung pada ketersediaan. Anda bisa mendapatkan vaksin dengan harga murah atau gratis melalui klinik kesehatan masyarakat dan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), dan pada kampanye vaksinasi anak (misal pekan imunisasi anak).

Anda dapat mengunjungi situs-situs kesehatan lain untuk mengetahui lebih lanjut mengenai vaksinasi. Sumber informasi lainnya adalah dokter anak anda. Bersama, anda dapat menjaga anak anda sehat dan ceria.

Salah Paham Mengenai Imunisasi

Timerosal mengakibatkan Autisme

Beberapa ilmuwan telah melemparkan wacana bahwa kandungan merkuri dalam vaksin merupakan penyebab autisme dan anak yang menderita autisme dianjurkan untuk menjalani terapi kelasi (chelation therapy, pemberian zat khusus sebagai upaya “mengikat” merkuri agar tidak dapat bereaksi dengan komponen sel tubuh) untuk detoksifikasi. Beberapa kasus telah dijadikan perkara hukum yang disidangkan dan beberapa pengacara menyebarkan informasi di internet untuk mendapatkan klien. Situasi ini semakin berkembang karena sampai sekarang beberapa vaksin masih mengandung timerosal, zat pengawet yang mengandung merkuri yang tidak digunakan lagi. Ada beberapa alasan mengapa kecemasan mengenai timerosal dalam vaksin sebenarnya merupakan informasi yang menyesatkan:

  • Jumlah merkuri yang terkandung sangat kecil
  • Tidak ada hubungan merkuri dan autisme yang terbukti
  • Tidak ada alasan yang masuk akal untuk mempercayai bahwa autisme terjadi karena sebab keracunan

Timerosal telah digunakan sebagai pengawet pada makhluk hidup dan vaksin sejak tahun 1930 karena dapat mencegah kontaminasi bakteri dan jamur, terutama pada tabung yang digunakan untuk beberapa kali pemakaian. Pada tahun 1999, FDA (Food and Drug Administration) memeriksa catatan bahwa dengan bertambahnya jumlah vaksin yang dianjurkan pada bayi, jumlah total merkuri pada vaksin yang mengandung timerosal dapat melebihi batas yang dianjurkan oleh badan pengawas lain (1). Jumlah merkuri yang ditentukan oleh FDA memiliki batas aman yang lebar, dan belum ada informasi mengenai bayi yang sakit akibatnya. Meski demikian untuk berhati-hati, US Public Health Service dan the American Academy of Pediatrics meminta dokter untuk meminimalkan paparan terhadap vaksin yang mengandung timerosal dan kepada perusahaan pembuat vaksin untuk menghilangkan timerosal dari vaksin sesegera mungkin (2). Pada pertengahan 2000 vaksin hepatitis B dan meningitis bakterial yang bebas timerosal tersedia luas.kombinasi vaksin difteri,pertusis, dan tetanus sekarang juga tersedia tanpa timerosal. Vaksin MMR, cacar air, polio inaktif, dan konjugasi pneumokok tidak pernah mengandung timerosal.

Sebelum adanya pembatasan, paparan maksimal kumulatif merkuri pada anak dalam 6 bulan pertama kehidupan dapat mencapai 187,5 mikrogram (rata-rata 1 mikrogram/hari). Pada formula vaksin yang baru paparan maksimal kumulatif selama 6 bulan pertama kehidupan adalah tidak lebih dari 3 mikrogram (3). Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa batasan maksimal keduanya memiliki efek toksik (keracunan).

Pusat pengawasan dan pencegahan penyakit (CDC) telah membandingkan angka kejadian autisme dengan jumlah timerosal yang ada dalam vaksin. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perubahan relatif angka kejadian antara autisme dengan jumlah timerosal yang diterima anak dalam 6 bulan pertama kehidupan (dari 0-160 mikrogram). Hubungan yang lemah ditemukan antara asupan timerosal dan beberapa kelainan pertumbuhan saraf (seperti gangguan pemusatan perhatian) pada satu penelitian saja, namun tidak terbukti pada penelitian selanjutnya (4). Penelitian lain yang direncanakan sepertinya juga tidak akan menunjukkan hubungan bermakna.

Komite Intitute of Medicine (IOM) yang telah menyebarkan luaskan laporannya pada bulan Oktober 2001 menemukan tidak ada bukti hubungan antara vaksin yang mengandung timerosal dan autisme, ggangguan pemusatan perhatian, keterlambatan bicara dan bahasa, atau kelainan perkembangan saraf lainnya (5)

Penggunaan terapi kelasi untuk penanganan anak yang menderita autisme sama sekali tidak berhubungan.

n/a

artikel ini dpt juga dilihat di http://www.sehatgroup.web.id/articles/isiArt.asp?artID=20


Blogspot Template by Isnaini Dot Com